GARUT/Kalampriangan.com – Kondisi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap wilayah di Kabupaten Garut. Karena itu, para camat dan SKPD terkait harus benar-benar siap mengantisipasi.
Hal itu dikatakan Sekertaris Daerah Kabupaten Garut H Nurdin Yana usai mengikuti apel pagi di halaman Setda Garut, Senin 3 November 2025.
“Ini sudah kita tetapkan hidrometeorologi, artinya kita sudah menetapkan ini sebagai sesuatu yang berpotensi. Jangan sampai ketika terjadi bencana, pemerintah daerah seolah tidak memberikan perhatian. Semua harus siap dari awal,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa seluruh camat di lapangan diminta meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan langkah mitigasi sejak dini.
“Status siaga hidrometeorologi ini akan berlaku hingga akhir Mei 2026, berdasarkan hasil koordinasi mengikuti kebijakan serupa yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat,” terangnya.
Menurutnya, keputusan ini bertujuan untuk mempermudah koordinasi dan akses bantuan penanggulangan bencana apabila sewaktu-waktu diperlukan.
“Biasanya kalau ada treatment dari provinsi, kalau tidak dilandasi dengan pernyataan status siaga di daerah, penyaluran bantuannya bisa terhambat. Jadi ini juga untuk mempercepat penanganan,” jelasnya.
Nurdin Yana menyebutkan bahwa dua jenis bencana paling dominan di Garut saat ini adalah tanah longsor dan banjir, terutama di wilayah selatan Garut seperti Cikajang, Cisompet, dan Cimaragas.
“Hari ini tanah sudah agak kering, tapi longsor tetap terjadi, begitu juga banjir. Itu sudah kita lihat kemarin di beberapa titik,” ujarnya
Untuk mengantisipasi hal tersebut, BPBD Garut akan menggelar apel kesiapsiagaan dan kegiatan penyadaran bersama seluruh unsur pemerintahan dan masyarakat. Tujuannya adalah membangun kesadaran kolektif agar semua pihak siap menghadapi bencana dengan langkah yang terkoordinasi.
“Masih ada sejumlah keterbatasan, terutama dalam hal ketersediaan alat berat yang dibutuhkan untuk penanganan cepat pascabencana. Selain itu juga, BTT di tahun 2025 hanya menyisakan Rp7,5 Miliar,” katanya.
Ia menyebutkan, kita masih kekurangan alat berat, baru satu unit yang aktif. Kondisi keuangan daerah juga cukup berat, transfer keuangan dari pusat belum memadai. Saat ini sisa BTT hanya tinggal Rp7,5 Miliar. Namun, ia memastikan bahwa dana Belanja Tidak Terduga (BTT) daerah masih cukup untuk kebutuhan tanggap darurat.
“Insyaallah BTT kita cukup, jadi kalau ada kejadian mendesak bisa langsung kita tangani,”imbuhnya.
Terkait laporan bencana di wilayah Banyuresmi, kitamasih menunggu hasil analisis lapangan. belum dapat laporan rinci, nanti akan menganalisis, apakah karena tambang atau saluran air,” pungkasnya.***


