Dari Ponpes ke Senayan: Imas Aan Ubudiah, Anggota DPR RI, Peran Santri Membangun Bangsa dalam Menjawab Tantangan Zaman

0
154

GARUT/Kalampriangan.com – Peringatan Hari Santri Nasional pada setiap tanggal 22 Oktober menjadi momentum refleksi mendalam bagi segenap elemen bangsa, tak terkecuali bagi para santri yang kini duduk di kursi parlemen.

Salah satunya alumni santri jebolan pesantren dari keluarga Kiai, Imas Aan Ubudiah, S.Pd.I., Anggota DPR RI Fraksi PKB dari daerah pemilihan Jawa Barat XI (Garut, Kab. Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya), yang berlatar belakang pendidikan di Pondok Pesantren.

Kiprahnya dari lingkungan pesantren hingga menjadi wakil rakyat menjadi cerminan nyata bahwa santri hari ini adalah pilar penting bagi masa depan Indonesia.

Dalam sambutannya dimomen bersejarah ini, Imas Aan Ubudiah menyampaikan narasi yang kuat tentang transformasi peran santri. Beliau menegaskan bahwa identitas santri bukan lagi sekadar identitas kultural, melainkan identitas perjuangan dan kepemimpinan.

“Hari Santri adalah pengakuan negara atas jihad dan kontribusi para santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Kami yang lahir dari rahim pesantren, membawa nilai-nilai keikhlasan, kemandirian, dan ketaatan pada ulama dan negara, langsung ke bilik-bilik kebijakan di Senayan,” ujar Imas dengan nada bersemangat.

Sebagai seorang santri yang kini menjadi legislator Komisi VI DPR RI, Imas menyoroti bahwa peran santri telah meluas, merambah sektor ekonomi, politik, hingga teknologi. “Dari mengaji kitab kuning hingga merumuskan kebijakan fiskal dan pengawasan BUMN, inilah bukti bahwa santri hari ini adalah agen perubahan yang utuh.

“Kami tidak hanya menjaga moral bangsa, tetapi juga memastikan keadilan ekonomi dan pemerataan pembangunan sampai ke pelosok desa, sebagaimana janji perjuangan para kiai,” tegasnya, menghubungkan semangat pesantren dengan upaya pembangunan pro-rakyat.

Selain itu Imas menyararankan khusus untuk generasi santri masa kini yaitu santri digital berakhlak mulia dan menjawab tantangan zaman yang serba digital dan penuh disrupsi,

Imas Aan Ubudiah memberikan pesan khusus yang tajam dan relevan bagi generasi santri saat ini:

1. Integrasi Ilmu dan Teknologi

Jadilah santri yang tidak hanya hafal alfiyah, tetapi juga melek AI (Artificial Intelligence). Kuasai teknologi bukan untuk didominasi, melainkan untuk menjadi sarana dakwah dan syiar Islam yang damai (Rahmatan Lil ‘Alamin).

Gunakan gawai bukan hanya untuk bermedia sosial, tetapi untuk mengakses ilmu, berinovasi, dan menjangkau dunia.

2. Kemandirian dan Kewirausahaan (Entrepreneurship)

Semangat kemandirian di pesantren harus diterjemahkan menjadi jiwa wirausaha. Santri harus menjadi motor penggerak ekonomi umat, jangan hanya menunggu lapangan kerja, tetapi ciptakan lapangan kerja. Pesantren harus menjadi inkubator bisnis berbasis syariah dan kearifan lokal.

3. Benteng Moderasi Beragama

Ditengah arus informasi yang rentan memecah belah, santri adalah benteng terakhir moderasi beragama di Indonesia. Jaga tradisi keagamaan yang toleran, inklusif, dan menjunjung tinggi persatuan (Hubbul Wathon Minal Iman). Jadilah duta perdamaian yang mampu menyuarakan Islam yang sejuk di panggung nasional maupun global.

Imas Aan Ubudiah berpesan, masa depan bangsa ini ada di tangan kalian, para santri. Dengan bekal ilmu agama yang kuat dan penguasaan ilmu pengetahuan umum, kalian adalah ‘Santri Mandiri, Indonesia Hebat’ sejati!

“Para santri berperan di era modern harus seimbang antara menjaga tradisi dan merangkul inovasi,” tandasnya. (Husni)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini